Selasa, 03 Januari 2017

Pempimpin yaitu Wakil Tuhan

Pempimpin yaitu Wakil Tuhan

Pertanyaan ini kerap terlintas apabila kita memperoleh pemimpin yang jelek. Saat aku menulis “pemimpin” tujuannya yaitu orang yang diletakkan diatas kita sebagai otoritas. Dalam satu negara, cuma ada satu presiden. Dalam satu perusahaan, cuma ada satu CEO. Demikian juga cuma ada satu pimpinan di rumah tangga, serta Tuhan mempercayakan posisi itu pada suami atau bapak.

Sikap tunduk diperlukan, agar dunia ini ada kedisiplinan. Mesti ada satu " decision maker " di keluarga, apabila tak, keluarga bakal terpecah. Memerlukan pemimpin yang berikan arah dalam organisasi, apabila tak, kekacauan berlangsung. Tetapi sebagian orang, terlebih beberapa istri, susah tunduk lantaran salah paham artinya. Tunduk bukanlah bermakna lebih rendah nilainya, bukanlah juga bermakna bisa diperlakukan seenaknya. Tunduk yaitu belajar untuk yakin, menghormati serta sama-sama mengasihi.

Dengan tunduk, kita mengaku kalau sumber semua otoritas yaitu Tuhan. Tuhan memegang semuanya kekuasaan di alam semesta, serta tak ada orang yang dapat memperoleh posisi kuasa tanpa ada di beri oleh-Nya. Dengan tunduk, kita menghormati keputusan-Nya. Meskipun orang yang diletakkan sebagai pemimpin diatas kita tak prima, Tuhan bisa memakainya untuk menyempurnakan ciri-ciri kita!

Ada dua hal yang tidak sama, yakni tertarik serta hormat. Tertarik yaitu penghargaan pada seorang atas prestasi, kebaikan atau ciri-cirinya. Sedang hormat yaitu penghargaan yang perlu kita berikanlah lantaran posisi seorang. Misalnya, anak pada orangtuanya, bawahan pada pemimpinnya, isteri pada suaminya, masyarakat pada pemerintah.

Jadi, apabila memperoleh pemimpin yang jelek, bedakan pada posisi serta pribadinya. Dengan cara posisi kita mesti hormat, meskipun dengan cara pribadi kita tak sepakat dengan ketentuan atau kelakuannya (tak tertarik). Janganlah dibiarkan keburukan atasan jadi argumen buat kita untuk berbuat yang sama! Pusatkan diri Kamu untuk lakukan sisi Kamu dengan profesional.

Tunduk bukanlah mengenai perbuatan semata, namun mengenai sikap hati. Dapat saja seorang lakukan apa yang diperintahkan, namun lalu ia mengumbar kejelekan atasannya diluar. Saat Kamu menjelek-jelekkan pemimpin, sesungguhnya hal semacam itu tunjukkan kwalitas diri Kamu sendiri. Ingat, satu waktu baik ia ataupun kita, dua-duanya bakal disuruh pertanggung jawaban dihadapan Tuhan.

Meminjam refleksi Yohanes Penginjil

Meminjam refleksi Yohanes Penginjil, spirit inkarnasi yaitu kasih Allah sendiri. Kasih Allah yang sedemikian besar pada dunia serta seisinya, hingga Allah sudi mengutus Putra-Nya yang tunggal ke dunia, supaya tiap-tiap orang yang yakin kepada-Nya tak binasa tetapi mendapatkan hidup yang abadi (saksikan Yohanes 3 : 16).

Dengan hal tersebut, spirit inkarnasi yaitu spirit belas kasih serta kerahiman. Ia ada dalam semua keprihatinan dunia supaya dunia serta seisinya alami keceriaan. Penjelmaan Putra Allah yang Mahatinggi menggenapi janji Allah sendiri yang sudi menyelamatkan umat- Nya dari semua belenggu kejahatan serta dosa dalam serta lewat Yesus Kristus!

Spirit inkarnasi tak bernada pesimistis, tetapi kian lebih sebatas optimistis, penuh dengan pengharapan serta sukacita. Jauh hari, Nabi Yesaya telah menubuatkan terwujudnya spirit inkarnasi itu dengan menyampaikan, “Engkau sudah menyebabkan banyak sorak serta sukacita yang besar” (Yesaya 9 : 2). Dengan penuh rasa hormat serta sukur, Nabi Yesaya menyatakan spirit inkarnasi yang berbuah sukacita waktu berseru, " Bersoraksorailah, hai langit, bersorak-soraklah, hai bumi, serta bergembiralah dengan sorak-sorai, hai gunung-gunung! Sebab Tuhan menghibur umat-Nya serta menyayangi orang-orang-Nya yang tertindas” (Yesaya 49 : 13).

Spirit inkarnasi dengan begitu indah di sampaikan oleh Nabi Zefanya, yang mendatangkan Tuhan dengan umat-Nya di tengah-tengah perayaan yang berjalan dengan dipenuhi sukacita keselamatan.

Beginilah, Nabi Zefanya bernubuat, “Tuhan Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang berikan kemenangan. Ia bergirang lantaran engkau dengan sukacita, Ia membarui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak lantaran engkau dengan sorak-sorai, seperti pada hari pertemuan raya” (Zefanya 3 : 17-18).